Stimulus Ekonomi Diluncurkan, Purbaya Pastikan Defisit Aman

KabarPurbalingga.com – Pemerintah kembali memacu mesin ekonomi nasional lewat paket stimulus anyar yang resmi diluncurkan Presiden Prabowo Subianto. Total delapan program dengan nilai anggaran Rp16,23 triliun siap digelontorkan hingga akhir 2025, sementara empat kebijakan lain diproyeksikan berlanjut hingga tahun 2026.

Di balik skema besar tersebut, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa tampil sebagai figur sentral. Mantan ekonom senior itu menegaskan, program stimulus tidak akan membuat postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) jebol.

“Ini bukan menambah beban, melainkan mengoptimalkan penyerapan anggaran yang selama ini sering tersisa. Jadi, defisit tetap terkendali,” ujar Purbaya di Kantor Presiden, Senin (15/9/2025).

Bantuan Pangan Rp7 Triliun, Anggaran Terbesar

Di antara stimulus yang digulirkan, bantuan pangan menjadi program dengan alokasi paling besar: Rp7 triliun. Purbaya mengaku anggaran ini bersumber dari pergeseran belanja kementerian/lembaga yang kerap tidak terserap penuh menjelang akhir tahun.

“Daripada sisa, lebih baik dipakai untuk memperkuat daya beli rakyat lewat pangan murah,” tegasnya.

Kebijakan ini sejalan dengan misi menjaga konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Target: Pajak Lebih Cepat, PDB Terdorong

Stimulus ini, menurut Purbaya, bukan sekadar jaring pengaman sosial, melainkan juga pendorong roda ekonomi. Ia optimistis jika konsumsi meningkat, produk domestik bruto (PDB) akan tumbuh lebih cepat, dan pada gilirannya penerimaan pajak ikut terkerek.

“Efeknya netral bahkan positif terhadap defisit. PDB tumbuh, pajak naik, beban fiskal tetap terjaga,” jelasnya.

Rp200 Triliun Dana Perbankan dan Potensi “Perang Bunga”

Tak kalah menarik, pemerintah juga menyuntikkan dana Rp200 triliun ke bank-bank milik negara (Himbara) untuk memperluas kredit. Langkah ini sempat memunculkan kekhawatiran soal “perang bunga”. Namun, Purbaya justru melihatnya dari sisi lain.

“Kalau bank punya dana lebih, mereka tidak perlu saling berebut nasabah lewat bunga tinggi. Justru bunga deposito dan kredit bisa lebih terkendali,” jelasnya.

Dengan begitu, ongkos dana (cost of money) bisa turun, konsumsi masyarakat meningkat, dan pelaku usaha lebih leluasa meminjam modal.

Ekonomi RI 2025: Ujian dan Harapan

Sejauh ini, paket stimulus 2025 menempatkan pemerintah dalam posisi serba menantang: menjaga stabilitas fiskal, mendorong daya beli, sekaligus memastikan perbankan tidak tergelincir dalam kompetisi bunga yang kontraproduktif.

Purbaya sendiri tampak percaya diri. Ia bukan hanya ingin menyalurkan anggaran, tetapi juga menciptakan ekosistem pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat.

Posting Terkait