Romi & The Jahats: Teriakan Jujur dari Jantung Punk Rock Jakarta

KABARPURBALINGGA – Kancah musik punk rock Indonesia tak pernah sepi dari suara lantang yang menyuarakan realita kehidupan. Di tengah derasnya arus musik modern, Romi & The Jahats atau yang kerap disingkat RTJ, tetap berdiri tegak dengan gaya khasnya yang disebut “Rock ‘N’ Roll Kotor Indonesia.” Julukan itu bukan sekadar label, melainkan cerminan dari lirik-lirik mereka yang lugas, berani, dan penuh kejujuran.

Band ini lahir di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, sekitar tahun 2008–2009. Sang vokalis, Romi Jahat, sebelumnya dikenal sebagai mantan vokalis band punk legendaris Marjinal pada era 90-an. Awalnya, band ini sempat menggunakan nama Romy and The Bad Boy, sebelum akhirnya mantap memakai nama Romi & The Jahats. Nama tersebut dipilih karena dianggap paling mewakili pandangan mereka terhadap kerasnya realita hidup—tentang kekejaman, intrik, kepalsuan, dan ironi yang sering dijumpai sehari-hari.

Dalam perjalanannya, Romi & The Jahats mengalami beberapa kali perubahan formasi. Namun, figur sentral yang menjadi motor utama band ini tetaplah Romi Jahat di posisi vokal. Ia dibantu oleh Dedis TJ atau Ableh di gitar, Chobex di bass, dan Panca di drum. Mereka juga kerap berkolaborasi dengan sejumlah musisi dalam berbagai proyek rekaman maupun panggung.

Romi & The Jahats menegaskan jalurnya di ranah punk rock dengan sentuhan rock ‘n’ roll yang mentah dan enerjik. Musik mereka tidak sekadar hiburan, melainkan sebuah pernyataan sikap. Setiap lagu yang mereka ciptakan membawa semangat perlawanan terhadap kemunafikan sosial, ketidakadilan, serta keresahan hidup di tengah kota besar. Dari lantunan musik yang liar dan penuh distorsi, terselip kejujuran yang jarang ditemui di industri musik arus utama.

Sejak berdiri, Romi & The Jahats telah menelurkan sejumlah album yang menjadi tonggak penting dalam karier mereka. Album pertama bertajuk Film Murahan dirilis sekitar tahun 2010 atau 2011, disusul oleh Slonong Boy pada 2013. Pada tahun 2018, mereka kembali dengan album Rumah yang menampilkan kedewasaan musikal tanpa kehilangan semangat liar khas RTJ. Rilisan mereka berlanjut dengan Teman: Hitam Putih Merah dan Kelabu, yang memperlihatkan konsistensi mereka dalam berkarya.

Lagu-lagu Romi & The Jahats seperti Film Murahan, Robekan Nestapa, Slonong Boy, Joni Lebay, Julimu Akan Ramai, Sudah Punah, hingga Bunga Kertas Merah Berduri menjadi anthem bagi banyak pendengar punk tanah air. Liriknya sederhana namun dalam, bercerita tentang kisah jalanan, perjuangan hidup, dan refleksi sosial yang apa adanya. Tak jarang, lagu-lagu itu dinyanyikan dengan penuh semangat di berbagai panggung independen dan komunitas punk di seluruh Indonesia.

Romi & The Jahats bukan sekadar band, melainkan cerminan dari kejujuran yang lahir dari kerasnya kehidupan kota. Dengan musik yang bising namun jujur, mereka terus menjadi suara alternatif yang mengingatkan bahwa di balik kebisingan, selalu ada perasaan dan kenyataan yang perlu didengar.

Posting Terkait