Panggung Mahesa Jenar Dihidupkan oleh Teater “Nyai Laksmi” dan “Lintang”: Refleksi Sosial di Tengah Budaya Digital

Hiburan19 Dilihat

KABARPURBALINGGA – Panggung Mahesa Jenar, Rabu malam (30/7/2025), dipenuhi antusiasme pecinta teater dari Purbalingga dan Banyumas. Dua kelompok teater, Teater Proses dari Universitas Wijayakusuma (Unwiku) Purwokerto dan Komunitas Teater Sastra Perwira (Katasapa) Purbalingga berkolaborasi menyuguhkan pertunjukan reflektif dan menggugah.

 

Lakon utama malam itu, “Nyai Laksmi”, merupakan adaptasi dari naskah Gowokan karya Esa Septiandika yang disutradarai Okim. Produksi ke-18 Teater Proses ini digarap dengan apik oleh Rifai Fahrezi sebagai pimpinan produksi. Cerita mengangkat sosok Nyai Laksmi, perempuan kuat dan cerdas dari desa, yang hidup dalam budaya gowokan—tradisi Banyumasan yang kental akan nilai simbolik dan sosial.

 

Pertunjukan menggambarkan konflik batin, keluarga, hingga kritik sosial, dibalut dengan humor dan simbolisme tajam. Seekor ayam bahkan digunakan sebagai metafora kejantanan, menambah kedalaman pesan. Adegan penutup yang teatrikal meninggalkan kesan mendalam bagi penonton.

 

Sebelum pementasan utama, drama pendek “Lintang” dari Katasapa membuka malam dengan isu kontemporer. Disutradarai dan ditulis oleh Deka Aepama, lakon ini diperankan oleh Deka Aepama, Trisnanto Budidoyo, dan Agustav Triono. Cerita menyoroti hilangnya kepedulian keluarga di tengah budaya konten digital.

 

Seorang remaja bernama Lintang pulang dengan kaki terkilir, namun perhatian keluarganya teralihkan oleh pembuatan konten TikTok. Kritik tajam terhadap budaya digital menjadi cermin getir bagi penonton.

Rifai Fahrezi menyatakan bahwa pementasan ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga ruang edukasi dan ekspresi. “Kami ingin teater menjadi medium reflektif di tengah masyarakat,” ujarnya.

 

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Purbalingga, Trisnanto Budidoyo, menyampaikan bahwa kolaborasi ini adalah bentuk dukungan terhadap komunitas teater lokal.

“Kami fasilitasi ruang berkarya bagi mereka. Antusiasme penonton malam ini membuktikan bahwa seni pertunjukan tetap hidup dan relevan di era digital,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *