FTBI 2025 Resmi Dibuka, Bupati Fahmi: Pelestarian Bahasa Jawa Butuh Ekosistem Berkelanjutan
Kabarpurbalingga.com
.
06/09/2025
.
2 Menit Membaca
Penulis:
Novfriantoro Hs.
Novfriantoro Hs.
KABARPURBALINGGA – Bupati Purbalingga, Fahmi Muhammad Hanif, secara resmi membuka Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Kabupaten Purbalingga tahun 2025. Acara berlangsung di Gedung SMK Muhammadiyah 1 Purbalingga, Sabtu (6/9/2025).
Dalam sambutannya, Bupati Fahmi menyebut FTBI sebagai wadah strategis untuk menumbuhkan minat dan bakat generasi muda sekaligus menjaga kelestarian budaya daerah, khususnya Bahasa Jawa.
“FTBI ini cukup strategis. Selain sebagai wadah ekspresi, kegiatan ini juga bagian dari upaya nyata menjaga budaya asli kita, khususnya Bahasa Jawa,” ujarnya.
Meski begitu, Fahmi menegaskan pelestarian bahasa Jawa tidak boleh berhenti pada ajang lomba semata.
“Lomba mungkin hanya membuat peserta belajar sebentar demi juara. Tapi kita butuh program berkelanjutan, masuk ke aspek mendasar, agar Bahasa Jawa terbiasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya.
Baca Juga : Polres Purbalingga Klarifikasi Dua Kasus Tragis yang Diduga Dilakukan Orang dengan Gangguan Jiwa
Ia mencontohkan pengalamannya saat kuliah di Turki.
“Saat hidup sehari-hari dengan Bahasa Turki, otomatis kemampuan saya berkembang. Namun setelah kembali ke Indonesia beberapa tahun, sudah tidak fasih lagi. Bahasa itu harus dibiasakan,” katanya.
Ketua Panitia FTBI 2025, Arif Restiyadi, menuturkan festival ini menjadi sarana untuk nguri-uri sekaligus mengembangkan Bahasa Jawa di kalangan generasi muda, khususnya siswa SMP.
“FTBI tahun ini diikuti 428 siswa dari 63 SMP negeri maupun swasta se-Purbalingga. Ada tujuh cabang lomba yang digelar, antara lain Sesorah, Geguritan, Dongeng, Macapat, Komedi Tunggal, Menulis Aksara Jawa, dan Nyerat Cerita Cekak,” jelasnya.
Pemenang lomba nantinya akan mewakili Kabupaten Purbalingga di tingkat provinsi.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga melalui Kabid SMP, Eko Budi Santosa, menegaskan FTBI telah menjadi agenda tahunan.
“Festival ini lahir dari keprihatinan karena generasi muda semakin jarang mempelajari Bahasa dan Sastra Jawa. Maka perlu ada sarana dan media untuk memantik kembali minat mereka,” ungkapnya.
